Dedikasi Seorang Bopo / Gambuh JAranan

 

Dokumentasi Putra Jingga

       Bopo/Pawang Jaranan

      Dalam pementasan seni Jaranan terutama di daerah Tulungagung, Kediri, dan Blitar, sering kali kita menjumpai adanya beberapa tokoh sentral yang bertugas mengendalikan wayang/pelaku jaranan. tokoh tersebut berperan sebagai Bopo, Pawang, atau Gambuh. sosok Bopo biasanya adalah orang yang berwibawa, berkarisma, dan bijaksana, mengingat peranya yang berat sebagai pawang atau pangengon para penari dan memastikan kelancaran pentas seni jaranan tersebut. dalam peranya seorang Bopo tidak kalah menarik dari penari jaranan, seperti di awal pembukaan pentas Bopo harus melakukan kegiatan do'a minta keselamatan kepada Tuhan bersama tim Bopo yang lain serta para sesepuh, dalam prosesi do'a tersebut menggunakan media obong-obong (membakar dupa/kemenyan) dengan iringan gamelan dan gending-gending sakral.

     Setelah prosesi do'a di laksanakan, salah satu Bopo memulai beratraksi memainkan pecut atau cambuk ukuran raksasa sehingga suaranya begitu menggelegar menambah kesan mistis pada pertunjukan jaranan. selang beberapa saat di susul keluarnya beberapa penari jaranan dari ruang rias untuk memainkan tarianya. namun tidak jarang sebelum tarian selesai, penari mengalami kesurupan (*akting kesurupan), di situlah kembali tugas Bopo di tuntut untuk dapat mengendalikan penari tersebut sehingga tidak cenderung liar dan bahkan dapat menunjukan tarian atau atraksi lainya seperti mengupas kelapa dengan gigi, memakan ayam hidup-hidup, memakan bara api, memakan beling dan lain-lain. baru kemudian setelah di anggap cukup dalam durasi waktu, penari akan di netralkan dari kesurupanya untuk kembali ke ruang rias oleh para Bopo yang bertugas.

       Jumlah para bopo sendiri dalam kesenian jaranan bervariasi, mulai 4 sampai hampir puluhan bopo. seragam para bopo pun berbeda dengan para penari, bila penari cenderung menunjukan kemewahan dengan segala pernak perniknya, seorang bopo justru sederhana dengan celana panjang (unjuk-unjuk) kaos lengan panjang, sabuk ebok, berikat kepala dan cemetinya. tidak ketinggalan minyak wangi sebagai media untuk menaklukan penari yang mengalami kesurupan.

    Di akhir pertunjunkan seorang bopo juga bertugas menutup pertunjukan dengan prosesi do'a, salah satunya ungkapan syukur atas terlaksananya pertunjukan jaranan serta menetralkan lokasi dan seluruh rombongan jaranan dari pengaruh-pengaruh negatif selama pentas berlangsung. Putra Jingga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pernik Romadhon 2025

Peduli bisa di ajarkan / Putra Jingga Berbagi

Bersih Dusun Kalijinggo Hits